KomunikasiInterpersonal Antar Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan Dan Konseling : Jurnal Komunikasi Konseling Vol. 2 No. 1. Identifiasi dalam jurnal ini menunjukan bahwa berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 22 Maret 2011 terjadi pada saat siswa berkomunikasi dengan teman sebayanya.
Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi 2021I. Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas 1APetunjukJawab pertanyaan dengan jelasPeserta ujian dilarang bekerja sama atau dengan soal yang menurut Anda lebih mudah kembali jawaban sebelum dikumpulkanSoalDalam proses komunikasi, terdapat yang namanya alur komunikasi. Coba sebut dan jelaskan komponen dan bagaimana pola alur dari komunikasi!Dalam proses komunikasi antar pribadi adakalanya komunikator dan komunikan harus saling memahami pentingnya ciri berkomunikasi yang baik dengan saling memiliki sikap rasa positif dan kesamaan/kesetaraan. Coba jelaskan maksudnya.!Setelah mempelajari komunikasi antar pribadi, tentu kita tidak asing lagi dengan istilah komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal. Coba jelaskan dan berikan contoh dari komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal.!Sebagai seorang komunikator, tentunya harus mampu menyampaikan pesan dengan baik dan dapat dipahami oleh penerima atau komunikan. Coba jelaskan bagaimana seorang komunikator bias mengetahui bahwa komunikasi yang dilakukan adalah efektif dan dipahami oleh penerima atau komunikan!Sebagai calon seorang konselor tentunya harus menguasai komunikasi antar pribadi. Coba jelaskan bagaimana seharusnya seorang konselor dalam membangun hubungan dalam kaitannya dengan komunikasi antar pribadi dalam konteks bimbingan dan konseling!Selamat Mengerjakan...!File Soal Komunikasi Antar Pribadi Pdf Download Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas 1A Klik disiniII. Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas 1BSoalDalam kehidupan sehari-hari kita tidak bias lepas dengan yang namanya komunikasi. Coba jelaskan dan berikan contoh, apakah yang disebut dengan komunikasi, serta jelaskan tujuan dan makna dari komunikasi!Dalam proses komunikasi antar pribadi adakalanya komunikator dan komunikan harus saling memahami pentingnya ciri berkomunikasi yang baik dengan saling memiliki sifat keterbukaan dan Empati, Coba jelaskan maksudnya.!Dalam proses pelaksanaan komunikasi antar pribadi terdapat istilah dekonding dan enkonding antara kominikator dengan komunikan dalam menyampaikan pesan. Jelaskan maksud dari decoding dan encoding dan berikan contoh !Menjadi komunikator yang baik, tentunya perlu adanya suatu pelatihan supaya seorang komunikator dapat menyampaikan pesan dengan baik dan bias dipahami oleh penerima atau komunikan. Coba jelaskan cara-cara yang bias dilakukan oleh seseorang supaya bisa menjadi komunikator yang baik!Sebagai calon seorang konselor tentunya harus mampu menguasai komunikasi antar pribadi agar tidak terjadi miss persepsi oleh konseli. Coba jelaskan bagaimana cara seorang konselor menghindari miss pespespsi dari seorang konseli!Selamat Mengerjakan...! Download Soal UTS Komunikasi Antar Pribadi Kelas1B Klik disini

A INTERVIEW KELOMPOK : FGD (Focus Group Discussion) 1. Pengertian Focus Group Discussion (FGD) FGD atau Focus Group Discussion jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti Diskusi Kelompok Terarah. FGD biasa juga disebut sebagai metode dan teknik dalam mengumpulkan data kualitiatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang suatu

Ilustrasi Pertanyaan Sulit tentang Komunikasi. Sumber PixabayTerdapat berbagai pertanyaan sulit tentang komunikasi yang dapat kamu ajukan kepada dosenmu, lho!Dikutip dari buku Komunikasi Pendidikan oleh Nofrion, komunikasi merupakan hal fundamental untuk kehidupan setiap manusia. Di setiap tahapan kehidupan, semua manusia perlu berkomunikasi. Dari komunikasi antarpribadi tersebut dapat terbentuk masyarakat sebagai mengenai komunikasi dianggap begitu penting. Maka tak heran jika perguruan tinggi kerap memasukkan materi ini ke dalam Sulit tentang KomunikasiIlustrasi Pertanyaan Sulit tentang Komunikasi. Sumber PixabayDalam proses belajar mengajar pada mata kuliah komunikasi, tak jarang dosen memberi penilaian lebih kepada mahasiswa yang aktif. Maka dari itu, cobalah untuk menanyakan berbagai pertanyaan sulit berikut ini pada dosenMengapa manusia perlu berkomunikasi?Mengapa komunikasi dianggap dapat memberi manfaat kepada manusia?Apa maksud dari komunikasi tindakan satu arah?Mengapa komunikasi disebut sebagai transaksi?Apa saja komponen yang ada dalam komunikasi?Apakah umpan balik merupakan bagian dari komunikasi yang sangat penting dan harus ada?Apa yang menyebabkan proses komunikasi terhambat?Apa saja yang mempengaruhi proses komunikasi?Mengapa komunikasi disebut dapat membantu pembentukan konsep diri?Bagaimana proses terbentuknya perilaku komunikasi?Apakah komunikasi dapat menjadi faktor keberhasilan organisasi?Bagaimana proses aliran komunikasi dalam sebuah organisasi?Siapa saja yang berperan dalam fungsi komunikasi sebagai antarpersonal?Apakah cara berkomunikasi dalam keluarga memberi pengaruh besar terhadap cara berkomunikasi seseorang?Apa saja jenis umpan balik?Bagaimana cara menyampaikan umpan balik yang tepat?Apa yang harus ditingkatkan agar komunikasi lebih baik?Apa yang terjadi apabila seseorang tidak menjalin komunikasi dengan orang lain?Mengapa seseorang harus melatih kemampuan public speaking?Apakah saat berkomunikasi seseorang boleh berasumsi?Apa yang terjadi apabila proses komunikasi tidak berjalan dengan baik?Siapa tokoh yang paling berpengaruh mengenai komunikasi?Apa bedanya komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial?Mengapa lingkungan dapat menjadi salah satu poin keberhasilan komunikasi?Bagaimana caranya agar memiliki kemampuan public speaking yang bagus?Bagaimana caranya agar terbiasa menyampaikan pendapat di depan orang banyak?Apakah komunikasi verbal harus dibarengi dengan komunikasi non verbal?Seberapa penting penerapan komunikasi non verbal?Nah itu dia sekilas mengenai beberapa pertanyaan tentang komunikasi yang sulit. Coba tanyakan pada dosenmu dan temukan jawabannya.LAU
Penyampaiandan pembahasan pokok bahasan tentang Komunikasi, Informasi, Edukasi dalam Program Imunisasi (90 menit) Langkah Pembelajaran: Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang KIE. 1. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta dikertas

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pertukaran informasi yang hanya dilakukan antara dua orang, seperti orang tua dengan anak, suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya sehingga stimulus, pemaknaan dan umpan baliknya langsung bisa interpersonal merupakan suatu bentuk komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Komunikasi interpersonal berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Perubahan tersebut melalui interaksi dalam komunikasi, saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan sehingga mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan sikap seseorang sesuai dengan topik yang dikaji interpersonal adalah pertukaran informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasnya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi interpersonal sangat penting, karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi dialogis adalah komunikasi yang memungkinkan terjadinya pergantian bersama mutual understanding dan empati. Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya, dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku Komunikasi Interpersonal Berikut definisi dan pengertian komunikasi interpersonal dari beberapa sumber bukuMenurut Arni 2005, komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Menurut Mulyana 2000, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya. Menurut Effendy 2001, komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dua orang atau diantar sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Menurut Maulana dan Gumelar 2013, komunikasi interpersonal adalah suatu proses komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa informasi atau Devito 1997, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas di antara mereka, misalnya percakapan seseorang ayah dengan anak, sepasang suami istri, guru dengan murid, dan lain Wood 2013, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan interaksi secara tatap muka ataupun bermedia, dan biasanya feedbacknya langsung Komunikasi Interpersonal Menurut Wood 2013, komunikasi interpersonal memiliki karaktersistik atau aspek-aspek tersendiri yang membedakan dengan jenis komunikasi lainnya, yaitu sebagai berikut Selektif. Kita tidak mungkin berkomunikasi secara akrab dengan semua orang yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kita berusaha untuk membuka diri seutuhnya hanya dengan beberapa orang yang dikenal Dikatakan bersifat sistemis karena ia terjadi dalam sistem yang bervariasi. Komunikasi terjadi dalam konteks yang mempengaruhi peristiwa dan makna yang melekat terhadapnya. Terdapat banyak sistem yang melekat pada proses komunikasi interpersonal. Setiap sistem mempengaruhi apa yang kita harapkan dari orang lain. Cara manusia berkomunikasi sangat beragam dan bervariasi. Unik. Pada tingkatan yang paling dalam komunikasi interpersonal sangat unik, pada interaksi yang melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu menjadi tidak Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Hal ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih personal dari masa ke masa. Hubungan persahabatan dan hubungan romantis dapat tumbuh lebih dalam atau lebih renggang seiring berjalannya waktu. Hubungan dalam lingkungan kerja juga dapat berkembang dari masa ke masa. Transaksional. Pada dasarnya, komunikasi interpersonal adalah proses transaksi antara beberapa orang. Ketika bercerita sesuatu yang menarik pada seorang teman, ia tertawa. Ketika atasan anda di kantor menjelaskan sebuah gagasan, anda mengangguk sebagai tanda kalau anda paham. Ketika anda dimarah orang tua, bisa jadi kepala anda tertunduk sebagai tanda rasa bersalah. Individual. Kita mengetahui bahwa bagian terdalam dari komunikasi interpersonal melibatkan manusia sebagai individu yang unik dan berbeda dengan orang personal. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan personal dan wawasan kita terhadap interaksi manusia. Agar dapat memahami keunikan individu, kita harus memahami pikiran dan perasaan orang lain secara personal. Menciptakan makna. Komunikasi interpersonal adalah berbagi makna dan informasi antara dua belah pihak. Kita tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi. Kita menciptakan makna seperti kita memahami tujuan setiap kata dan perilaku yang ditampilkan oleh orang Komunikasi Interpersonal Komponen-komponen dalam komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dapat dilihat pada gambar diagram di bawah iniAdapun penjelasan dari masing-masing komponen komunikasi interpersonal tersebut adalah sebagai berikut Devito, 1997a. Pengirim-Penerima Komunikasi interpersonal paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi interpersonal memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim-penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal, contoh komunikasi antara orang tua dan Encoding-Decoding Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam komunikasi interpersonal, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka fungsi encoding-decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antar Pesan Pesan merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan komunikator untuk menyampaikan informasi kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan itulah yang disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh Saluran Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung keadaan khalayak. Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan saluran indra pendengar dengan suara. Isyarat visual atau sesuatu yang tampak seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain sebagainya.e. Gangguan atau Noise Gangguan atau noise terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik, psikologis atau semantik. Adapun penjelasan dari masing-masing gangguan atau noise tersebut adalah sebagai berikut Gangguan Fisik. Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya. Gangguan Psikologis. Gangguan ini timbul karna adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif di antara orang yang terlibat di antara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap dan sebagainya. Gangguan Semantik. Gangguan ini terjadi kata-kata atau simbol yang digunakan dalam komunikasi, sering kali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud-maksud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa yang digunakan dalam Umpan Balik Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila Bidang Pengalaman Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang Efek Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasi. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap dan Tujuan Komunikasi Interpersonal Menurut Arni 2005, komunikasi interpersonal memiliki fungsi dan tujuan, antara lain yaitu sebagai berikuta. Menemukan diri sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku Menemukan dunia luar Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu sering kali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang Berubah sikap dan tingkah laku Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi Untuk bermain dan kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan Untuk membantu Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain dan Tingkatan Komunikasi Interpersonal Menurut Wood 2013, berdasarkan prosesnya, komunikasi interpersonal dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu Model Linear. Model pertama dalam komunikasi interpersonal digambarkan sebagai bentuk yang linear atau searah, proses di mana seseorang bertindak terhadap orang lain. Ini adalah model lisan yang terdiri atas lima pertanyaan. Siapa?, apa yang dikatakan?, Sedang berbicara di mana?, berbicara pada siapa?, Apa dampak dari pembicaraan tersebut?.Model Interaktif. Model interaktif menggambarkan komunikasi sebagai proses di mana pendengaran memberikan umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model Transaksional. Menekankan pada pola komunikasi yang dinamis dan berbagai peran yang dijalankan seseorang selama proses tingkatan dalam komunikasi interpersonal yaitu Wood, 2013 Komunikasi I-It. Dalam komunikasi I-it, interaksi antara kita dan orang lain sangat tidak personal, bisa dikatakan orang lain hanya sebagai objek. Membuat kita tidak mengakui keberadaan orang lain secara personal, melainkan hanya hanya bersifat kebendaan. Komunikasi I-You. Jenis yang paling banyak digunakan dalam interaksi sehari-hari. Kita memperlakukan orang lain lebih dari sekedar objek, tetapi kita sepenuhnya tidak menganggap mereka sebagai manusia yang I-Thou. Jenis komunikasi ini jarang terjadi dalam sebuah interaksi sosial, model ini sebagai bentuk tertinggi dalam interaksi manusia, karena di dalamnya manusia saling menguatkan dan menghargai keunikan Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Menurut Wood 2013, faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut Etika. Etika adalah cabang dari filsafat yang fokus pada prinsip moral dan aturan terkait perilaku. Etika menaruh perhatian pada masalah benar dan salah. oleh karena komunikasi interpersonal bersifat tidak dapat ditarik kembali, ia selalu memiliki dampak dalam etika antar manusia. Apa yang kita katakana dan apa yang kita lakukan berpengaruh terhadap orang lain. Dengan demikian, orang yang bertanggung jawab selalu berhati-hati dengan etika dalam komunikasi. Makna. Proses pemaknaan muncul dari bagaimana kita menginterpretasikan komunikasi. Dalam komunikasi interpersonal, seorang selalu menerjemahkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Hubungan. Komunikasi interpersonal adalah cara utama untuk membangun dan memperbaiki sebuah hubungan. Bagaimana cara kita menangani masalah? Apakah dengan konfrontasi, menjauh, atau menggunakan strategi khusus untuk segera memperbaiki hubungan? Oleh karena komunikasi tidak memiliki makna intrinsik, kita harus membangkitkan pemahaman pribadi terkait menurut Devito 1997, hambatan-hambatan yang kemungkinan terjadi dalam komunikasi interpersonal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu sebagai berikut Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikan dalam bentuk ekstrim baik atau buruk, positif atau negatif, sehat atau sakit, pandai atau bodoh. Orientasi intensional. Orientasi intensional mengacu pada kecenderungan untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Sebaliknya, orientasi ekstensional adalah kecenderungan untuk terlebih dahulu memandang manusia, objek dan kejadiannya setelah itu memperhatikan cirinya. Dengan menggunakan orientasi akan cenderung diarahkan oleh apa yang dilihat memang terjadi dan bukan oleh ciri sekilas pandang. Potong Kompas. Merupakan kesalahan evaluasi dimana orang gagal mengkomunikasikan makna yang mereka maksudkan. William Haney mendefinisikannya sebagai pola salah komunikasi yang terjadi bila pengirim pesan dan penerima saling menyalahkan artikan makna pesan mereka. Potong kompas dapat mempunyai dua bentuk. Dalam bentuk yang pertama, di permukaan tampaknya ketidak-sepakatan padahal pada tingkat makna terjadi kesepakatan. Jenis kedua, di permukaan tampaknya kedua orang ingin sependapat karena mereka menggunakan kata-kata yang sama tetapi jika mengamati lebih cermat akan terlihat bahwa sebenarnya ada ketidak-sependapatan yang PustakaArni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta Bumi Onong Uchjana. 2001. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung Citra Aditya H. Gumelar. G. 2013. Psikologis Komunikasi dan Persuasi. Jakarta 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta Professional Julia T. 2013. Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian. Jakarta Salemba Humanika.

Contohkomunikasi interpersonal di dalam praktik kebidanan yang pertama yaitu tentang pendidikan kesehatan. Pada saat bidan memberikan penyuluhan tertentu kepada pasien, komunikasi interpersonal ini akan berlangsung. Kalimat-kalimat yang praktis dan mudah dipahami menjadi kunci penting dalam komunikasi ini. Sebagai contoh, ”Ibu memiliki

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Psikologi konseling merupakan bidang yang berfokus pada membantu individu mengatasi masalah emosional, mental, dan sosial yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Psikolog konseling memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang mendalam tentang proses psikologis dan bagaimana mengembangkan kesejahteraan mental. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep psikologi konseling, peran seorang psikolog konseling, teknik yang digunakan, serta manfaat dan signifikansi dari konseling Itu Psikologi Konseling?Psikologi konseling adalah cabang ilmu psikologi yang berfokus pada membantu individu mengatasi tantangan dan masalah emosional, mental, dan sosial yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan individu, membantu mereka mencapai pertumbuhan pribadi, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi hidup dengan lebih baik. Psikolog konseling bekerja dengan individu dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk anak-anak, remaja, dewasa, dan kelompok-kelompok tertentu seperti pasangan atau Seorang Psikolog Konseling Seorang psikolog konseling memainkan peran penting dalam membantu individu mengatasi tantangan dan mengembangkan kesejahteraan mental mereka. Berikut adalah beberapa peran utama yang dimainkan oleh seorang psikolog konselingMenciptakan Hubungan Terapeutik Psikolog konseling menciptakan hubungan terapeutik yang aman, mendukung, dan terbuka dengan klien. Ini memungkinkan individu merasa nyaman untuk berbagi pengalaman dan tantangan mereka tanpa takut dihakimi atau dan Penilaian Psikolog konseling melakukan evaluasi dan penilaian komprehensif terhadap klien untuk memahami masalah dan kebutuhan mereka. Ini melibatkan mengumpulkan informasi tentang sejarah hidup, gejala yang dialami, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan Rencana Perawatan Berdasarkan hasil evaluasi, psikolog konseling bekerja sama dengan klien untuk merancang rencana perawatan yang sesuai. Rencana perawatan ini mencakup tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta strategi dan intervensi yang akan dan Konseling Psikolog konseling menyediakan terapi dan konseling yang didasarkan pada pendekatan-pendekatan yang sesuai untuk masalah yang dihadapi klien. Mereka menggunakan teknik-teknik dan pendekatan yang berbeda, seperti terapi kognitif perilaku, terapi psikodinamik, terapi keluarga, atau terapi bermain untuk Emosional dan Edukasi Psikolog konseling memberikan dukungan emosional kepada klien dalam menghadapi tantangan dan membangun keterampilan coping yang sehat. Mereka juga memberikan edukasi tentang masalah kesehatan mental dan memberikan informasi yang bermanfaat kepada klien dan dengan Profesional Lain Psikolog konseling bekerja secara kolaboratif dengan profesional kesehatan mental lainnya, seperti psikiater, terapis keluarga, atau pekerja sosial, untuk memberikan perawatan yang holistik dan terkoordinasi kepada dalam Psikologi Konseling Psikolog konseling menggunakan berbagai teknik untuk membantu individu mengatasi masalah dan mencapai pertumbuhan pribadi. Beberapa teknik yang umum digunakan dalam psikologi konseling meliputiTerapi Kognitif Perilaku CBT CBT melibatkan mengidentifikasi pola pikir negatif atau distorsi kognitif yang mendasari masalah kesehatan mental dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih adaptif. Ini juga melibatkan penggunaan teknik-teknik perilaku untuk mengubah pola perilaku yang tidak Psikodinamik Terapi psikodinamik menggali pengalaman masa lalu, konflik tak sadar, dan dinamika hubungan interpersonal untuk memahami akar masalah kesehatan mental. Ini melibatkan interpretasi dan eksplorasi mendalam tentang pengalaman dan perasaan Keluarga Terapi keluarga melibatkan kerja sama dengan keluarga klien untuk memahami dan mengatasi masalah yang melibatkan interaksi keluarga. Ini membantu meningkatkan komunikasi, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang sehat di antara anggota Bermain Play Therapy Terapi bermain digunakan khusus untuk anak-anak, di mana mereka dapat mengekspresikan diri dan mengatasi masalah melalui permainan. Ini memungkinkan anak-anak untuk berkomunikasi dengan cara yang alami bagi mereka, sambil bekerja dengan psikolog konseling untuk mengatasi masalah dan Signifikansi Psikologi KonselingPsikologi konseling memiliki manfaat yang signifikan bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa manfaat utamanya meliputiMengatasi Masalah Kesehatan Mental Psikologi konseling membantu individu mengatasi masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, trauma, atau stres. Melalui terapi dan konseling, individu dapat mengeksplorasi dan memahami akar masalah mereka serta mengembangkan strategi yang efektif untuk Keterampilan Coping yang Sehat Psikologi konseling membantu individu mengembangkan keterampilan coping yang sehat untuk menghadapi tantangan dalam hidup. Ini termasuk mengelola stres, mengatasi konflik, membangun keterampilan komunikasi, dan meningkatkan Kualitas Hubungan Psikologi konseling membantu individu memperbaiki dan meningkatkan hubungan interpersonal mereka. Dengan bekerja melalui masalah dan konflik, individu dapat memperbaiki komunikasi, membangun keterampilan hubungan yang sehat, dan mengembangkan koneksi yang lebih kuat dengan orang Kualitas Hidup Psikologi konseling dapat memberikan perbaikan signifikan dalam kualitas hidup individu. Dengan mengatasi masalah kesehatan mental, mengembangkan keterampilan coping yang adaptif, dan meningkatkan hubungan interpersonal, individu dapat mencapai kesejahteraan yang lebih baik dan merasa lebih bahagia dan puas dengan hidup konseling adalah bidang yang penting dalam membantu individu mengatasi masalah emosional, mental, dan sosial. Melalui terapi dan konseling, individu dapat mengeksplorasi dan memahami diri mereka sendiri, mengatasi masalah kesehatan mental, mengembangkan keterampilan coping yang sehat, dan meningkatkan hubungan interpersonal. Psikolog konseling berperan penting dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada individu dalam perjalanan mereka menuju pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan mental yang lebih baik. Jika Anda menghadapi tantangan atau masalah dalam hidup Anda, mempertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang psikolog konseling dapat menjadi langkah pertama yang penting untuk mencapai kesejahteraan dan pertumbuhan pribadi yang lebih baik. Lihat Ruang Kelas Selengkapnya

dalambukunya “Teori-Teori Mengenai Komunikasi”, Secara definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran pesan yang dilakukan oleh 2 orang. Namun sebenarnya komunikasi antar pribadi tidaklah hanya sebatas itu. Giffin dan Steward memiliki pendapat yang di kutip dalam buku Budyatna (2015) yang berjudul

- Komunikasi interpersonal dikatakan efektif jika pesan yang diterima dan dimengerti sama seperti yang dikirimkan komunikator. Dalam bentuk komunikasi apa pun, termasuk interpersonal, keefektifan komunikasi sangat penting. Apabila komunikasinya efektif, berarti tujuan komunikasi yang ditetapkan komunikator Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar 2010, komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan tiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal berperan penting dalam kehidupan manusia. Mulai dari mempersuasi hingga menjalin hubungan akrab dengan orang lain. Syarat komunikasi interpersonal dikatakan efektif Dikutip dari buku Komunikasi Interpersonal dan Hubungannya dalam Konseling 2021 oleh Siti Rahmi, komunikasi interpersonal dikatakan efektif jika memenuhi tiga syarat utama, yakniPesan yang diterima komunikan dan yang dimaksud komunikator sama Sebuah proses komunikasi, baik interpersonal atau lainnya, akan dikatakan efektif jika komunikator dan komunikan mencapai kesamaan makna, berupa pemahaman dan pemaknaan pesan yang sama. Baca juga Komunikasi Interpersonal Pengertian Menurut Para Ahli dan Fungsinya Ditindaklanjuti dengan perbuatan sukarela Komunikasi interpersonal dikatakan efektif jika diikuti perbuatan sukarela dari komunikannya, sebagai salah satu bentuk tanggapan atas pesan yang diterimanya. Meningkatnya kualitas hubungan antarpribadi Setelah kesamaan makna dan perbuatan sukarela oleh komunikan, proses komunikasi interpersonal akan dikatakan efektif jika dibarengi dengan meningkatnya kualitas hubungan antarpribadi. Misalnya dari yang semula kurang akrab menjadi lebih akrab dan dekat. Karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal Joseph A. Devito menjelaskan bahwa menurutnya ada lima karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal, yaitu Openness keterbukaan Artinya individu harus mau terbuka pada individu lainnya ketika berkomunikasi. Terbuka diartikan mau menceritakan masalah atau sekadar mau memberi tanggapan atas informasi yang diterimanya.

Matakuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan komunikasi interpersonal/konseling kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan pokok-pokok bahasan : komunikasi, Evaluasi pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan. 14.

ArticlePDF AvailableAbstractKeberhasilan komunikasi interpersonal dalam konseling seorang bidan akan diuji bila menghadapi klien sesungguhnya. Kualitas komunikasi interpersonal dan konseling oleh mahasiswa kebidanan belum pernah dievaluasi, oleh karena itu, mahasiswa pada saat melakukan praktik kebidanan dilakukan penilaian keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling oleh pembimbing klinik. Keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling merupakan aspek penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, karena konseling membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga klien merasa puas atas pilihan dan pelayanan yang diterimanya. Penelitian observasional potong lintang dilaksanakan di empat lokasi Bidan Praktik Mandiri Kabupaten Ciamis pada bulan Agustus 2015. Subjek penelitian adalah mahasiswa kebidanan tingkat III semester VI yang sudah lulus mata kuliah pelayanan Keluarga Berencana sebanyak 46 orang dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling. Calon akseptor KB yang datang ke Bidan Praktik Mandiri dinilai apakah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, selanjutnya calon akseptor KB dipilih secara konsekutif sampai tercapai 46 orang. Data diperoleh menggunakan daftar tilik dan kuesioner, dianalisis dengan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling yang ditampilkan mahasiswa, perilaku yang mencerminkan etika dalam konseling dengan kepuasan klien dengan nilai p>0,05. Tidak terdapatnya hubungan diduga karena pada saat penilaian hanya dinilai dari kepatuhan melakukan langkah klinik, namun tidak menilai isi atau materi konseling. Menilai empati tidak dinilai oleh klien, butir penilaian empati tidak dibuat secara khusus. Masih terdapatnya bias dalam proses penilaian dan mungkin juga dalam proses seleksi. Simpulan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling dan perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 40 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri Neli Sunarni,1 Tina D. Judistiani,2 Zahrotur R. Hinduan,3 Hadyana Sukandar,4 Tita H. Madjid,5 Indun L. Setyono6 1 Mahasiswa Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2,4 Departemen Epidemiologi dan Biostatistik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 3 Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran 5Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 6Departemen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak Keberhasilan komunikasi interpersonal dalam konseling seorang bidan akan diuji bila menghadapi klien sesungguhnya. Kualitas komunikasi interpersonal dan konseling oleh mahasiswa kebidanan belum pernah dievaluasi, oleh karena itu, mahasiswa pada saat melakukan praktik kebidanan dilakukan penilaian keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling oleh pembimbing klinik. Keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling merupakan aspek penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, karena konseling membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga klien merasa puas atas pilihan dan pelayanan yang diterimanya. Penelitian observasional potong lintang dilaksanakan di empat lokasi Bidan Praktik Mandiri Kabupaten Ciamis pada bulan Agustus 2015. Subjek penelitian adalah mahasiswa kebidanan tingkat III semester VI yang sudah lulus mata kuliah pelayanan Keluarga Berencana sebanyak 46 orang dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling. Calon akseptor KB yang datang ke Bidan Praktik Mandiri dinilai apakah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, selanjutnya calon akseptor KB dipilih secara konsekutif sampai tercapai 46 orang. Data diperoleh menggunakan daftar tilik dan kuesioner, dianalisis dengan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling yang ditampilkan mahasiswa, perilaku yang mencerminkan etika dalam konseling dengan kepuasan klien dengan nilai p>0,05. Tidak terdapatnya hubungan diduga karena pada saat penilaian hanya dinilai dari kepatuhan melakukan langkah klinik, namun tidak menilai isi atau materi konseling. Menilai empati tidak dinilai oleh klien, butir penilaian empati tidak dibuat secara khusus. Masih terdapatnya bias dalam proses penilaian dan mungkin juga dalam proses seleksi. Simpulan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling dan perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien. Kata Kunci Komunikasi interpersonal, teknik konseling, perilaku empati, perilaku etika, kepuasan klien. Korespondensi Perum Graha Persada Blok C Sindangkasih Ciamis. Email nelisunarni13 Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 41 Relationship Between Interpersonal Communication and Counseling Skill By Midwifery Students with Client Satisfaction In Independent Midwives Practice Abstract The successfull of interpersonal communication of counseling a midwife will be assessed while she serves the real client. The quality of interpersonal communication and counseling by the midwifery students has never been evaluated, by this reason, the students while doing midwifery practice have been assessed for their skills by their clinical instructor in interpersonal communication and ounseling. Interpersonal Communicationdan Counseling skills is an important aspect in family planning service and reproduction health, because this counseling helps the clients to choose and deside the kinds of contraception to used based on her needs. Therefore, she feels satisfied by her choice and service. A cross-sectional observational research is done in the four Independent Midwives Practice locations in Ciamis Regency on August 2015. The subjects of the research, by random sampling technique, are 46 students of the third grade or the sixth semester of midwifery students who also passed the family planning service subject. The candidate of family planning acceptors who come to Independent Midwives Practice are assessed whether they fulfil the inclusion and exclusion criteria, and than they are chosen consecutively until 46 candidates. The data are taken from checklists and questionnaire and analyzed by correlation test. The results shows that there is no correlation among counseling techniques, empathy behaviour performed by students in counseling, the ethical behavior reflects in counseling and the clients satisfaction by p> this is suspected from the assessment that is only valued from their obedience to do the clinical procedure, not from the content or the counseling material assesment. To evaluate empathy does not be assessed by the clients and emphaty assessment item are not specifically made. Therefore, there is bias in assessment process and may be in selection process. The conclusion of the research is that there is no correlation among counseling techniques, empathy behaviour in counseling and ethics behaviour in counseling with client satisfaction. Keywords Interpersonal communication, counseling techniques, empathy behaviour, ethical behaviour, client satisfaction Pendahuluan Pedidikan Diploma III Kebidanan merupakan pendidikan vokasional yang menghasilkan Bidan Pelaksana dengan gelar Ahli Madya Kebidanan yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah kesehatan di Berbekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasainya, lulusan bidan harus mampu menghadapi segenap tantangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pelayanan kebidanan. Tenaga kesehatan yang terampil menjadi salah satu syarat agar masalah kesehatan ibu dan anak dapat ditangani secara optimal. Terampilnya bidan bisa dicapai dengan melakukan praktik kebidanan yang memberikan kesempatan kepada untuk terjun langsung dalam proses pemberian asuhan kebidanan terhadap klien, sebagai sarana aplikasi teori yang telah mereka peroleh selama perkuliahan di kelas. Praktik kebidanan meliputi penampilan secara menyeluruh, termasuk dalam komunikasi interpersonal dan konseling, baik personal maupun kelompok. Kegiatan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh konselor kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Tatacara pelaksanaan konseling dikenal dengan akronim GATHER Greet, Ask, Tell, Help, Explain, Return.2 KIP komunikasi interpersonal dan K konseling dilaksanakan tidak hanya memperhatikan aspek teknik konseling, tetapi juga tentang aspek perilaku empati dalam konseling dan aspek perilaku etika dalam konseling. Dalam proses konseling antara Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri 42 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 bidan dengan klien perlu ditumbuhkan sikap empati. Kondisi empati dapat terwujud bila bidan memberikan perhatian kepada klien dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami Penelitian yang dilakukan oleh Widayati 2014 menunjukkan bahwa sebesar 15,4% bidan belum memahami klien dan memperhatikan kebutuhan Selama proses konseling berlangsung seorang konselor harus memperhatikan aspek etika yaitu memperhatikan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang Seorang konselor yang baik akan melakukan konseling dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, tidak menginterupsidan memotong pembicaraan klien serta menghargai pendapat klien sehingga klien akan merasa puas dan menggunakan alat kontrasepsi. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2011 menunjukkan bahwa belum terpenuhinya hak mendapatkan Keterampilan yang baik dalam memberikan konseling bertujuan meningkatkan pemahaman klien sehingga meningkatkan pula kepuasan karena klien merasa didengarkan dan Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan. Keterampilan lebih sukar dimiliki daripada pengetahuan. Namun, seseorang yang memiliki keterampilan dengan sendirinya sudah memiliki pengetahuan atas pekerjaan yang mereka lakukan. Pada umumnya keterampilan tidak mudah diperoleh dari perkuliahan, terutama perkuliahan yang tidak disertai studi kasus dan role STIKes Muhammadiyah Ciamis merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kabupaten Ciamis, yang mempunyai lima program studi salah satunya adalah Program Studi D-III Kebidanan. Program Studi D-III Kebidanan mempunyai jumlah mahasiswa sebanyak 389 terdiri dari tingkat I sebanyak 96 orang, tingkat II sebanyak 134 orang dan tingkat III sebanyak 159 orang. Dalam proses belajar mengajar, dosen sebagai pengajar akan menggunakan pedoman dalam kurikulum dalam menjalankan tugasnya. Melalui proses belajar mengajar terjadi penyampaian informasi dan ilmu pengetahuan serta penanaman nilai-nilai maupun semester II mahasiswa mendapatkan pembelajaran Mata Kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan. Selain pembelajaran teori, mahasiswa juga melakukan praktik di laboratorium dengan bimbingan dosen pengampu. Evaluasi pembelajaran dilakukan melalui penilaian dari ujian tulis, ujian praktek dan penugasan. Hasil laporan CI Clinical Instructure pada praktik klinik sebelumnya menyatakan bahwa komunikasi interpersonal kurang baik pada saat praktik di lapangan termasuk pada saat melakukan konseling terutama teknik konseling yang kurang baik, mahasiswa kurang empati dan kurang memperhatikan etika dalam konseling sehingga klien merasa kurang puas dengan pelayanan konseling yang diberikan. Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian seperti yang dilakukan oleh Rimawati 2011 di Semarang dengan metode kualitatif dari wawancara dengan 5 orang klien menunjukkan bahwa kontak mata yang dilakukan konselor berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan konselor tidak menyampaikan kesimpulan pada saat Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2011 di Kota Malang dan Kota Sampit dengan metode kualitatif dari wawancara dengan 8 orang akseptor KB isteri, 2 orang PLKB petugas lapangan keluarga berencana dan FGD Focus Group Discussion dengan para suami menunjukkan bahwa masih banyak klien memperoleh pelayanan konseling KB keluarga berencana yang kurang berkualitas yaitu klien mengeluhkan kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurang melakukan konseling dan pemberian Meskipun mahasiswa harus sudah lulus dengan baik pada mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan sebelum melakukan praktik, dalam monitoring pelaksanaan praktik kebidanan, selama ini belum pernah dilakukan penilaian terhadap keterampilan KIP danK. Pengukuran kepuasan klien terhadap kualitas pelayanan khususnya konseling KB harus dilakukan secara berkala. Hal ini sesuai dengan Permenpan Nomor 16 Tahun 2014 bahwa survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dilakukan minimal 1 tahun sekali,10 STIKes Muhammadiyah Ciamis pun belum pernah melakukan penelitian tentang Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 43 kepuasan klien, khususnya yang terkait dengan pelayanan konseling KB oleh mahasiswa ketika praktik di lapangan. Penulis menduga jika nilai keterampilan KIP danK baik, maka tingkat kepuasan klien akan baik pula. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rimawati 2006 dengan metode crossectional bahwa terdapat hubungan antara konseling dengan kepuasan akseptor Penilaian kepuasan terdiri dari keberadaan pelayanan, ketanggapan pelayanan dan Dalam penelitian ini hanya dapat dilakukan dua aspek penilaian yaitu ketanggapan pelayanan dan profesionalisme. Keberadaan pelayanan tidak dilakukan penilaian karena mahasiswa tidak secara penuh berada di tempat pelayanan tetapi dibagi secara bergantian untuk praktik di lapangan. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan potong Variabel bebas adalah keterampilan KIP danK teknik konseling, perilaku empati dalam konseling, perilaku etika dalam konseling, variabel terikat adalah kepuasan klien dan variabel perancunya adalah nilai mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis sebanyak 46 orang dan calon akseptor KB yang datang ke BPM bidan praktik mandiri dinilai apakah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi selanjutnya calon akseptor KB dipilih secara konsekutif sampai tercapai 46 orang. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Agustus 2015. Instrumen yang digunakan yaitu daftar tilik keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling serta kuesioner kepuasan atas pelayanan konseling KB. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji korelasi untuk menganalisis hubungan keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling dengan kepuasan klien. Hasil Subjek penelitian terdiri dari 46 mahasiswa dan 46 klien. Berikut ini digambarkan karakteristik klien yang merupakan akseptor baru. Tabel 1. Karakteristik Klien 35 tahun Tabel 1 menunjukkan umur terbanyak klien yaitu 20-35 tahun, ibu dengan tidak bekerja, ibu dengan pendidikan SMA dan ibu mempunyai anak ≤ 2 orang. Tabel 2. Pemilihan Alat Kontrasepsi Pemilihan alat kontrasepsi Suntik 1 bulan Suntik 3 bulan AKDR Implant Dari tabel 2, terlihat bahwa semua klien menggunakan alat kontrasepsi, frekuensi tertinggi yaitu klien menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu sebanyak 56%. Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri 44 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 Tabel 3. Hubungan antara Teknik Konseling, Perilaku Etika dalam Konseling, Perilaku Empati dalam Konseling, Nilai Komunikasi dalam Praktik Kebidanan dengan Kepuasan Klien Keterampilan Konseling KB Perilaku Empati dalam konseling Perilaku Etika dalam Konseling Keterangan * uji Kai kuadrat Hasil analisis uji statistik Kai kuadrat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling, perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien, dengan nilai p > 0,05. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi Rank Spearman. Tabel 4. Korelasi antara Teknik Konseling, Perilaku Empati dan Perilaku Etika dalam Konseling dengan Kepuasan Klien Teknik Konseling dengan kepuasan klien Perilaku empati dengan kepuasan klien Perilaku etika dengan kepuasan klien Nilai komunikasi dengan kepuasan klien Keterangan rs = koefisien korelasi Rank Spearman. Hasil analisis uji korelasi menunjukkan hubungan antara teknik konseling, perilaku empati dan perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien tidak bermakna dengan nilai p>0,05. Pembahasan Secara keseluruhan klien dalam penelitian ini menggunakan alat kontrasepsi, diduga karena pada saat persamaan persepsi dengan penguji, peneliti menjelaskan akan mengganti kompensasi jasa dan alat kontrasepsi yang digunakan sehingga menjadi bias seleksi pada sampel klien, kemungkinan penguji menyebarluaskan untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis, yang seharusnya ada penekanan terhadap bidan yang akan menjadi penguji bahwa responden atau klien jangan diberitahu untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis karena klien tersebut akan dijadikan sampel dalam penelitian. Dalam kuesioner terdapat butir penilaian keberhasilan konseling yaitu pengambilan keputusan namun tidak tampak perbedaaan sehingga terjadi bias. Kondisi ini juga diduga kemungkinan sudah ada niat dari diri klien sendiri dan motivasi yang tinggi didukung dengan biaya gratis, sehingga semua klien menggunakan alat kontrasepsi yang terdistribusi pada pemakaian alat kontrasepsi pil, suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, AKDR alat kontrasepsi dalam rahim dan implan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriningrum Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 45 dengan hasil menunjukkan bahwa sebanyak 70,58% atas kesadaran dan kemauan sendiri untuk memilih KB suntik, bukan dari motivasi bidan yang hanya sebesar 29,42%. Pemilihan alat kontrasepsi oleh klien merupakan hak untuk dapat merencanakan dengan baik tentang pengaturan kelahiran Informasi KB dari sumber lain juga bisa didapat sehingga sehingga mempunyai motivasi yang kuat, seperti hasil penelitian Indriyanti yang menunjukkan bahwa responden mendapatkan informasi tentang KB dari televisi yaitu sebesar 87,5%.18 Pada penelitian ini terdapat 44 orang 95,7% melakukan teknik konseling baik namun masih ada 21 orang merasa tidak puas dengan pelayanan konseling KB Ketidakpuasan yang terjadi tampak dari hasil analisis klien yang merasa kurang puas atas ketanggapan petugas konseling terhadap kebutuhan, informasi yang diberikan, pertanyaan pemahaman terhadap informasi yang diberikan, petunjuk tempat rujukan dan kunjungan ulang. Secara uji statistik dengan uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara teknik konseling dengan kepuasan klien nilai p>0,05. Hal ini diduga karena pada saat proses konseling KB berlangsung, mahasiswa hanya dinilai melakukan tidaknya langkah-langkah dari teknik konseling, namun tidak memperhatikan kualitas langkah konseling KB tersebut. Klien mengharapkan pelayanan yang berkualitas, seperti hasil penelitian Najib yang menyatakan bahwa kualitas konseling ditentukan oleh kemampuan memberi informasi yang lengkap, terbuka, tidak ada informasi yang disembunyikan dan memberikan gambaran yang jelas tentang kontrasepsi sehingga calon akseptor KB mempunyai pengetahuan yang memadai dan kesadaran yang tinggi untuk ber-KB. Kualitas hubungan yang harus diciptakan pada saat konseling bersifat interpersonal dalam suasana keramahan, saling perhatian, dan saling memberi kesempatan saling bertanya. Klien harus secara jelas memperoleh informasi bagaimana harus menjamin keberlangsungan partisipasinya dalam program sesuai dengan mekanisme yang ada dalam sistem pelayanan. Petugas pelayanan perlu mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang memadai dalam pelayanan kontrasepsi, komunikasi dan konseling sehingga pelayanan KB dapat diberikan sesuai Tidak terdapatnya hubungan antara teknik konseling dengan kepuasan klien sejalan dengan hasil penelitian Purwanti, Suherni dan Astuti bahwa tidak terdapat hubungan antara mutu layanan konseling AKDR dengan tingkat kepuasan akseptor, tidak terdapatnya hubungan diduga karena konseling tidak dapat dilakukan sesuai standar sepenuhnya dan tidak memenuhi seluruh komponen pemberian Juga hasil penelitian Amirah bahwa tidak terdapat hubungan antara interaksi menjelaskan dokter pada pasien saat konsultasi dengan kepuasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku empati dalam konseling baik sebanyak 44 orang 95,7% namun terdapat 22 orang diantaranya merasa tidak puas dengan pelayanan konseling KB. Ketidakpuasan yang terjadi diantaranya masih ada beberapa klien yang menyatakan kurang puas terhadap pemberian pujian atau dukungan terhadap pernyataan klien dan kurang puas terhadap nada bicara dan volume suara dari pemberi pelayanan konseling KB. Dalam kuesioner tentang perilaku empati masih perlu adanya perbaikan. Dalam penelitian ini empati yang dinilai didapat dari langkah-langkah konseling dan yang melakukan penilaian adalah bidan, tidak dibuat kuesioner khusus yang diisi langsung oleh klien karena empati itu hanya bisa dirasakan oleh klien. Dalam hal ini kemungkinan bisa terjadi measurement bias. Hasil uji statistik dengan uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara perilaku empati dalam konseling dengan kepuasan klien dengan nilai p>0,05. Hal ini diduga bahwa pemahaman tentang empati yang masih kurang karena di dalam proses pembelajaran belum terdapat mata kuliah khusus tentang empati tetapi terintegrasi di dalam setiap mata kuliah. Pada saat pembelajaran praktik di laboratorium kemungkinan dosen pengampu belum maksimal dalam melakukan role play pada mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan, dan pada saat mahasiswa melakukan praktik di laboratorium yang berperan mahasiswa sebagai bidan dan mahasiswa sebagai klien jadi belum merasakan bagaimana kalau melakukannya Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri 46 IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 dengan kondisi nyata sehingga kurang berempati. Hal ini sejalan dengan teori Hoffman menyatakan bahwa pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibandingkan dengan situasi yang lain. Hal ini disebabkan situasi dan tempat yang berbeda dapat memberikan situasi yang berbeda pula. Suasana yang berbeda inilah yang dapat meninggirendahkan empati seseorang. Pada penelitian ini yang melakukan konseling adalah mahasiswa sehingga dilihat dari karakteristik usia lebih muda dari klien yang diberikan pelayanan. Hal juga sesuai dengan pernyataan Hoffman bahwa tingkat empati seseorang yang semakin meningkat dengan bertambahnya usia, karena kemampuan pemahaman perspektif juga meningkat bersamaan dengan usia. Ketika usia bertambah, pengalaman hidup pun bertambah. Pengalaman hidup ini pula yang akan menumbuhkan empati individu terhadap orang lain dan lingkungannya. Tidak terdapat hubungan antara perilaku empati dalam konseling dengan kepuasan klien sejalan dengan hasil penelitian Amirah bahwa tidak terdapat hubungan antara interaksi mendengarkan dokter dengan pasien saat konsultasi dengan kepuasan sejalan dengan hasil penelitian Widayanti, Widagdo dan Purnami menunjukkan bahwa sebagian besar keterampilan konseling oleh bidan dalam kategori cukup baik sebanyak 65%, namun juga masih ditemukan bidan yang kurang memahami klien dan memperhatikan kebutuhan Seorang konselor harus menunjukkan rasa empati, mendengarkan secara aktif, mengajukan pertanyaan dengan jelas, memberikan motivasi dan pujian. Dalam proses konseling antara bidan dan klien perlu ditumbuhkan perilaku perhatian. Kondisi ini dapat terwujud bila bidan bersedia memberikan perhatian kepada klien, mengamati, mendengarkan dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami klien berkaitan dengan pilihan alat kontrasepsi. Dengan perilaku perhatian bidan yang baik mampu mengidentifikasi masalah klien dan membantu mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Eti Rimawati menunjukkan bahwa sikap konselor menerima dan memahami permasalahan klien ditunjukkan dengan sikap anggukan kepala, kontak mata dan ungkapan perasaan perhatiannya kepada klien, konselor memberikan perhatian penuh terhadap permasalahan klien ditunjukkan dengan memberikan perhatiannya dengan memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap keluhan klien, konselor memberikan dukungan terhadap keluhan klien ditunjukkan dengan memberikan dukungan berupa nasehat, semangat dan mengatur diri menjadi lebih Perilaku empati dalam penelitian ini adalah hal yang berkaitan dengan perhatian terhadap masing-masing individu dengan menunjukkan mendengarkan saat klien menyampaikan permasalahan, memperhatikan dan memahami klien sebelum, selama dan sesudah konseling, melakukan kontak mata, volume suara memadai, intonasi dan ketepatan bicara memadai serta memberikan pujian atau dukungan terhadap klien sehingga klien merasa puas. Menurut Gamrin, bahwa sikap ramah dan kepedulian yang ditunjukkan seorang petugas sangat penting dalam menghadapi pasien. Mereka cenderung bersedia bersikap terbuka terhadap keluhan yang dihadapinya ketika petugas menunjukkan empati. Pasien juga akan menilai kejujuran dari petugas. Faktor inilah yang menyebabkan kualitas layanan yang dirasakan oleh pelanggan turut menentukan puas atau tidaknya seorang pelanggan terhadap penyedia jasa. Ketika pasien merasakan bahwa petugas bersikap ramah, memiliki kepedulian, kejujuran dan memberikan rasa nyaman selama berhubungan maka pasien akan merasa Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku etika dalam konseling baik sebanyak42 orang 91,3% namun terdapat 21 orang diantaranya merasa tidak puas dengan pelayanan konseling KB. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien disebabkan oleh karena klien masih merasa kurang puas terhadap pernyataan pemberi pelayanan konseling pada saat menghargai pendapat klien dan memotong pembicaraan klien. Secara uji statistik dengan uji korelasi didapatkan nilai p>0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara perilaku etika dalam konseling dengan kepuasan klien. Pada dasarnya pada saat konseling berlangsung berada dalam suasana tidak menghakimi, menerima dan peduli, Neli Sunarni Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling oleh Mahasiswa Kebidanan dengan Kepuasan Klien di Bidan Praktik Mandiri IJEMC, Volume 3 No. 2, Juni 2016 47 perlakukan klien dengan sopan dan menunjukkan rasa hormat untuk setiap klien, menghormati pilihan klien, informasi yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Konseling menerapkan komunikasi yang diawali dengan interaksi saling percaya dengan klien. Nada suara rendah digunakan, kritik dan penilaian dihindari, dengar dan cermati perasaan atau pesan dibalik ucapan, dan hormati kerahasiaan klien. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Oktarina menyatakan bahwa sebanyak 67,5% kerahasiaannya Juga penelitian yang dilakukan oleh Larasati bahwa hak kerahasiaan akseptor KB Suntik dengan kategori baik sebanyak 55,6%. Bidan-bidan tersebut selalu berusaha menyimpan rahasia pada orang lain tentang alat KB yang sering dipakai oleh Daftar Pustaka 1. Kemenkes RI. Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan. Jakarta. BPPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2011 2. Saraswati I, Tarigan, LH. Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling. Jakarta Maternal Neonatal Health; 2002. 22‒4, 36, 177‒9 3. Dalami E, Dahlia I, Rochima. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jakarta Trans Info Medika; 2009. 68‒70 4. Widayanti RS, WidagdoL, Purnami CT. Analisis Pelaksanaan Konseling Kontrasepsi oleh Bidan di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Surakarta. GASTER. 2 Februari2014; 11 2 78‒81 5. Handayan L, Suharmiati, Hariastuti I, Latifah C. Peningkatan Informasi tentang KB Hak Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan. 3 Juli 2012; 53 292 6. Parulin Hutapea NT, editor. Kompetensi Plus. Jakarta Gramedia Pustaka Utama; 2008 7. BKKBN. Panduan Konseling KB untuk Dokter Praktek Swasta. Jakarta; 2003 8. Sardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Fajar Interpratam; 2003 9. Rimawati, E. Indriani. Indreswari, Keterampilan Konselor Klinik VCT studikasus di BPKM Paru Semarang. Semantik; 2011. 84‒6 10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik 11. Supranto J. Pengukuran Tingkat Kepuasaan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta Rineka Cipta; 2011 12. Supranto J. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta PT Elex Media Komputindo; 2002. 76‒7, 85‒6, 233 13. Tjiptono F. Manajemen Jasa. Yogyakarta ANDI; 2005 14. Dahlan SM. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta Salemba Medika; 2012. 108‒12, 130‒1 15. Satroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta Sagung Seto; 2011. 4‒5 16. Dahlan SM. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriftip, Bivariat dan Multivariat, Cetakan Kedua. Jakarta Salemba Medika; 2012 17. Putriningrum R. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemilihan Kontrasepsi KB Suntik di BPS Ruvina Kesmadaska; 2012 3‒9 http 18. Indriyanti IS. Sumber Informasi yang Memengaruhi Keputusan Menjadi Akseptor KB Wanita Studi Kasus di Kelurahan Bandarharjo Semarang. 2011 http 19. Najib. Pengetahuan Klien dan Kualitas Pelayanan sebagai Dasar Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011; 63 112‒4 20. Purwanti IA, Suherni T, Astuti E. Hubungan Mutu Layanan Konseling AKDR dengan Tingkat Kepuasan Akseptor Bidan Delima di Kota http 21. Amirah, Sudirman I, Maidin A. Hubungan Komunikasi Mendengarkan, Menjelaskan dan Kompetensi dengan Kepercayaan, Kepuasan dan Loyalitas Pasien Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit di Makasar. 2013 22. Gamrin B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Tinjauan dati Persepsi Pasien. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unuversitas Hasanudin Makasar. 2007 23. Oktarina, Sugiarto M. Persepsi Akseptor KB terhadap Kualitas Pelayanan KB di Puskesmas Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Buletin Penelitian Sistem 24. Larasati EW, Mufdilah. Pemenuhan Hak-Hak Akseptor KB Suntik Bulanan di BKIA Aisyiyah Karang Kajen Yogyakarta. 2010 http Siti Mar'atus SholikahSri AnggraeniAri Tri RahayuABSTRAK Indikator keteraturan pemeriksaan kehamilan menggambarkan kualitas pelayanan Program Kesehatan Ibu dan Anak KIA. Pada tahun 2019 di Puskesmas Kalitidu cakupan Kunjungan Kehamilan K4 di Puskesmas Kalitidu belum mencapai target 100% yaitu tercapai 91%. Komplikasi kehamilan targetnya 15-20%, tercapai dan komplikasi persalinan 44,17%. Angka Kematian Bayi AKB sebesar 8,13/1000 KH. Sedangkan Bidan di wilayah Puskesmas Kalitidu yang belum mengikuti pelatihan KIP/K sebesar 20 orang 90,91% dari 22 umum untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Bidan melalui pelatihan bidan tentang Komunikasi Interpersonal dan Konseling KIP/K dalam upaya peningkatan kualitas ANC. Pelatihan ini dilaksanakan selama tiga hari di Puskesmas Kalitidu, diikuti 22 bidan dengan metode ceramah tanya jawab,demonstrasi dan praktik KIP/K. Hasil kegiatan adalah peningkatan kualitas Bidan dalam KIP/K yaitu peningkatan pengetahuan dengan nilai rata-rata post tes 94,55 %, keterampilan KIP/K nilai rata-rata 82,50%, terbentuknya Komitmen Bersama Bidan dalam mendukung mensukseskan kegiatan Bidan tentang KIP&K dalam upaya peningkatan kualitas ANC. Luarannya peningkatan kualitas Bidan, HKI, Modul dan jurnal. Saran sosialisasi KIP/K pada Bidan yang belum mengikuti pelatihan dan 7 hak ibu hamil pada pelayanan ANC serta menerapkannya dalam pelayanan ANC. Kata kunci Bidan, KIP/K, Pengabmas, pelatihan. ABSTRACT The indicators of regularity for antenatal care describe the quality of services for the Maternal and Child Health Program MCH. In 2019 at the Kalitidu Health Center cThe coverage of Pregnancy Visits K4 at the Kalitidu Health Center has not reached the 100% target, which is 91%. The target for pregnancy complications is 15-20%, achieved and delivery complications The Infant Mortality Rate IMR is KH. Meanwhile, 20 midwives in the Kalitidu Community Health Center have not attended KIP/K training out of 22 midwives. ANC quality. This training was held for three days at the Kalitidu Health Center, attended by 22 midwives with a question and answer lecture method, demonstration, and KIP/K practice. The result of the activity is an increase in the quality of Midwives in KIP/K, namely an increase in knowledge with an average post-test score of KIP/K skills an average score of the formation of a Joint Commitment of Midwives in supporting the success of Midwives' activities on KIP&K in an effort to improve the quality of ANC. The output is improving the quality of midwives, HKI, modules, and journals. Suggestion socialization of KIP/K to midwives who have not attended training and 7 rights of pregnant women in ANC services and apply them in ANC services. Keywords Midwife, KIP/K, Community Service, NajibTingkat pemakaian kontrasepsi hormonal oleh akseptor Keluarga Berencana di kelurahan Muktiharjo Kidul kota Semarang yang tinggi diduga merupakan dampak tidak diberikannya informasi yang luas tentang kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi dan pelayanan kontrasepsi yangberkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan kualitas pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal pada pasangan usia subur di kelurahan Muktiharjo Kidul. Jenis penelitian adalah explanatory study dengan pendekatan cross sectional yang dianalisis secara deskriptif. Penarikan sampel dilakukan secara acak dari populasi pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi di kelurahan Muktiharjo Kidul kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi hormonal dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan pelayanan yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan kualitas pelayanan dengan pemilihan alat kunci Pengetahuan, kualitas pelayanan, kontrasepsiAbstractThe high level of hormonal contraceptive using by Family Planning acceptor in Muktiharjo, Kidul, Semarang, suspectedly caused by lackness of information given about advantages and disadvantages of contraceptives and high quality of service. This research conducted to identify relationship of knowledge and service quality in selecting hormonal contraceptives on reproductive age couple in Muktiharjo, Kidul. The type of the research is explanatory study uses cross sectional approach and descriptive analysis. Sample are collected randomly from reproductive age couple which use hormonal contraceptives in Muktiharjo, Kidul, Semarang. This study result that productive age couple using hormonal contraceptives prevalence affected by good knowledge and high quality service. Statistics show thatthere is a relationship between knowledge and service quality in the matter of selecting words Knowledge, service quality, contraceptionBPPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga KesehatanR I KemenkesKurikulum Inti Pendidikan D-Iii KebidananJakartaKemenkes RI. Kurikulum Inti Pendidikan D-III Kebidanan. Jakarta. BPPSDM Kesehatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2011Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling. Jakarta Maternal Neonatal HealthI SaraswatiL H TariganSaraswati I, Tarigan, LH. Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dan Konseling. Jakarta Maternal Neonatal Health; 2002. 22-4, 36, 177-9Komunikasi dan Konseling dalam Praktik KebidananE DalamiDalami E, Dahlia I, Rochima. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jakarta Trans Info Medika; 2009. 68-70Analisis Pelaksanaan Konseling Kontrasepsi oleh Bidan di Wilayah Dinas Kesehatan Kota SurakartaR S WidayantiWidagdolC T PurnamiWidayanti RS, WidagdoL, Purnami CT. Analisis Pelaksanaan Konseling Kontrasepsi oleh Bidan di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Surakarta. GASTER. 2 Februari2014; 11 2 78-81Peningkatan Informasi tentang KB Hak Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga BerencanaL HandayanSuharmiatiI HariastutiC LatifahHandayan L, Suharmiati, Hariastuti I, Latifah C. Peningkatan Informasi tentang KB Hak Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diperhatikan oleh Program Pelayanan Keluarga Berencana. Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan. 3 Juli 2012; 53 292Konseling KB untuk Dokter Praktek SwastaBkkbnPanduanBKKBN. Panduan Konseling KB untuk Dokter Praktek Swasta. Jakarta; 2003Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Fajar InterpratamA M SardimanSardiman AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Fajar Interpratam; 2003Pengukuran Tingkat Kepuasaan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta Rineka CiptaJ SuprantoSupranto J. Pengukuran Tingkat Kepuasaan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta Rineka Cipta; 201110 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta PT Elex Media KomputindoJ SuprantoSupranto J. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta PT Elex Media Komputindo; 2002. 76-7, 85-6, 233 TentangTokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. meja kayu tempered glass iphone 11 new era lem sepatu redmi note 10 kardus besar. Tokopedia; Buku Komunikasi Interpersonal; Buku Komunikasi Interpersonal Kota Provinsi Yogyakarta; Filter. Kategori. Buku. Sosial Politik. Lokasi. DKI Jakarta. Jabodetabek. Bagi konselor pemula biasanya sangat tergoda untuk mengajukan pertanyaan dengan banyak. Jika ini anda laku-kan, maka anda perlu bertanya pada diri anda sendiri, "Apa tujuan saya bertanya kepada konseli?" Jika konselor terlalu banyak memberikan pertanyaan kepada konseli, maka tampak bahwa itu bukan proses konseling, tetapi proses interogasi, dan hal ini akan membuat konseli akan lebih tertutup dan menarik diri. Tujuan konseling antara lain adalah mengeksplorasi atau menggali permasalahan konseli. Tetapi eksplorasi ini tidak sepenuhnya di tangan konselor. Jika konselor terlalu banyak bertanya, ada kemungkinan bahwa konseli akan berbicara setelah ditanya oIeh konselor. Sehingga konseli akan menjawab sebatas apa yang ditanyakan oleh konselor. Pertanyaan yang terlalu banyak akan membahayakan hubungan antara konselor dan konseli. Sebab ada kemungkinan konselor bertanya sesuatu yang menyimpang dari apa yang diinginkan oleh konseli. Jika konselor akan mengajukan pertanyaan kepada konseli, maka harus jelas tujuan dan harapan jawaban yang sekiranya akan diberikan oleh konseli. Jika hal ini tidak dipikirkan, maka proses konseling akan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ada dua katagori atau penggolongan pertanyaan. Dua katagori pertanyaan tersebut adalah "pertanyaan terbuka/open question dan "pertanyaan tertutup/closed question". Kedua macam pertanyaan itu dapat dipergunakan selama proses konseling dan sangat penting bagi anda untuk memahami perbedaan di antara keduanya. Pertanyaan tertutup Closed question adalah perta-nyaan yang mengarahkan pada jawaban yang spesifik. Dan biasanya jawaban yang diharapkan pun sangat pendek. Jawaban itu seperti, "Ya” atau “Tidak” Sebagai contoh "Apakah kau datang ke sini dengan naik bus?” atau, “Berapa lama anda tinggal di Surabaya?”. Selama proses konseling, anda bisa memberikan pertanyaan tertutup berulang kali, sebatas kebutuhan yang, spesifik. Hanya saja, setelah konseli memberikan jawaban, sebisa mungkin konseli didorong untuk memberikan jawaban lebihl lanjut. Pertanyaan tertutup yang diberikan oleh konselor sangat berbeda dengan pertanyaan yang disampaikan oleh jaksa penuntut di ruang pengadilan. Jaksa akan meminta jawaban yang langsung tanpa ada tambahan lain. Tetapi konselor bukan jaksa, konselor akan memberikan kebebasan bagi konseli untuk dapat berbicara lebih terbuka dan lebih dalam. Pertanyaan terbuka Open question adalah pertanyaan yang sangat berbeda dengan pertanyaan tertutup. Pertanya-an ini memberikPertanya-an konseli suatu ruPertanya-ang yPertanya-ang luass untuk menggali apa saja yang ada dalam dirinya serta mendorong konseli untuk lebih bebas. Jika konselor bertanya, "Apakah anda ke sini naik bus?" maka jawabannya akan “Ya atauTidak". Tetapi jika konselor bertanya, "Bagaimana cara anda bepergian ke sini?" Maka konseli mempunyai kebebasan untuk menjawab. Di bawah ini ada beberapa contoh perbedaan antara pertanyaan tertutup dengan pertanyaan terbuka. Contoh 1 . Tertutup Apakah anda marah? Terbuka Bagaimana perasaan anda? Contoh 2. Tertutup Berapa anak anda? Terbuka Bisakah anda ceritakan tentang anak-anak anda? Contoh 3. Tertutup Apakah anda sering berdiskusi dengan istri anda? Terbuka Bagaimana hubungngan anda dengan istri anda? contoh 4. Tertutup Apakah ayah anda menyuruh anda menemui saya? Terbuka Apa yang membuat anda datang kemari? Contoh 5. Tertutup Apakah perubahan itu mengganggu anda? Terbuka Bagaimana perubahan itu bisa mempengaruhi anda? Jika anda melihat. Pertanyaan tertutup yang diajukan oleh konselor maka tampak bahwa konseli tidak mempunyai kesempatan untuk mempergunakan imajinasinya dalarn memberikan jawaban. Jawaban yang diberikan akan sangat pendek dan tidak akan mendorong konseli untuk lebih kreatif dan berbagi informasi baru yang dipunyainya. Pertanyaan terbuka akan sangat berbeda dengan per-tanyaan tertutup. Sebab melalui perper-tanyaan terbuka seringkali konselor mendapatkan jawaban yang tidak terduga. Sebagai contoh, anda bertanya, "Ceritakan tentang anak-anak anda". Jawaban yang anda harapkan adalah jumlah anak konseli anda. Tetapi konseli anda bisa menjawab, "Anak-anak saya sangat cantkl. dan sangat bahagia", atau, "Anak-anak saya sedang tumbuh, saya dan suami saya sangat senang dapat hidup bersama mereka”. Dengan demikian jelas bahwa pertanyaan terbuka akan dapat memberikan berbagai macam jawaban. Hal ini tidak akan dapat diketahui oleh konselor sampai konseli menyatakannya dengan ungkapan verbal. Selain itu, pertanyaan terbuka lebih mengarahkan konseli untuk merasakan bahwa konselor memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya. Akan lain haInya jika konselor mempergunakan pertanyaan tertutup. Konseli akan merasa bahwa perta-nyaan itu hanya untuk kebutuhan konselor saja. Dalam pelaksanaan konseling, sebaiknya dihindari pertanyaan dengan mempergunakan kata tanya "Mengapa”. Hal ini dikarenakan, jika konselor mempergunakan kata tanya "Mengapa", pertanyaan itu cenderung untuk mengungkap pemikiran atau alasan-alasan konseli melakukan sesuatu. Tetapi tidak akan dapat mengungkap apa yang sedang terjadi dalam diri dan perasaannya. Pertanyaan tertutup cenderung untuk mengge-neralisasikan jawaban di luar. diri konseli, sehingga Jawaban itu tidak, tampak berasal dari diri konseli sendiri, dan terkadang tidak meyakinkan sehingga dapat dikatakan bahwa pertanyaan "Mengapa" itu cenderung menyudutkan atau merasionalkan. Dalam hal ini ada tiga tujuan mengajukan pertanyaan, yaitu; a untuk mendorong konseli agar terbuka dan tidak menutup diri, b untuk membantu konseli agar dapat lebih spesifik dan lebih konkrit; dan c untuk membantu konselor mendapatkan pemahaman yang jelas dari situasi konseli. Tujuan pertama dari membuat pertanyaan adalah agar konseli lebih terbuka dan tidak menutup diri. Hal ini telah dibicarakan dimuka. Sehingga memberikan pertanyaan terbuka akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan pertanyaan tertutup. Tujuan kedua adalah untuk membantu konseli agar dapat lebih spesifik dan lebih konkrit. Konseli terkadang memberikan jawaban yang sangat umum. Hal tersebut tidak akan banyak membantu bagi konselor dan konseli sendiri karena sangat tidak mungkin untuk berpikir secara jelas tentang sesuatu permasalahan jika disampaikan secara bias dan melalui bahasa yang tidak spesifik Konselor membantu konseli untuk mengklasifikasi cara berpikir konseli. Lebih jelasnya, jika konseli memberikan kalimat yang samar-samar seperti "Hal-hal macam itu selalu mengganqgu saya". Kalimat "Hal macam-macam" merupakan ungkapan yang tidak akan dapat dimengerti atau tidak jelas. Untuk hal tersebut, konselor dapat menanyakan, "Apa yang anda maksud dengan hal yang macam-macam” atau pernyataan konseli sebagai berikut, "Saya tidak sanggup menahannya lagi". Kata "nya" dalam ungkapan konseli tersebut masih samar. Sebaiknya, kon-selor bertanya, "Siapa yang yanq membuat anda tidak sanggup menahan". Tujuan ketiga mempunyai kesamaan dengan tujuan kedua, yaitu membantu konselor mendapatkan pemahaman yang jelas tentang situasi/keadaan konseli. Terkadang konseli bercerita terlalu banyak sehingga cerita yang disampaikan sangat sulit untuk dipahami. Sebagai konselor, sebelum menanyakan suatu informasi kepada konseli, anda perlu mengetahui apakah informasi itu dibutuhkan atau tidak. Kemudian, jika anda tidak mempunyai informasi tersebut, apakah anda masih dapat membantu konseli? Jika jawaban itu "Ya", maka anda boleh membuat pertanyaan. Kebanyakan memberikan pertanyaan akan membuat konseli menutup diri dan menarik diri. Ingatlah bahwa parafrase dan refleksi perasaan akan dapat memotivasi konseli untuk dapat lebih terbuka. Oleh karena itu disarankan bagi anda untuk memberikan pertanyaan seba-tas pada tiga respon serta refleksi yang telah dibahas. d3xwFzS.
  • 60fx0ywttd.pages.dev/387
  • 60fx0ywttd.pages.dev/357
  • 60fx0ywttd.pages.dev/9
  • 60fx0ywttd.pages.dev/243
  • 60fx0ywttd.pages.dev/367
  • 60fx0ywttd.pages.dev/200
  • 60fx0ywttd.pages.dev/60
  • 60fx0ywttd.pages.dev/349
  • 60fx0ywttd.pages.dev/258
  • pertanyaan tentang komunikasi interpersonal dan konseling